Enda memulai karirnya di musik sebagai teknisi gitar untuk UNGU, cowok lulusan Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado ini mulai "naik pangkat"
menjadi gitaris tetap untuk UNGU pada tahun 2001. Bagi banyak fans UNGU, sisi menarik dari Enda adalah gayanya yang cool saat tampil di atas panggung. Enda selalu terlihat larut dengan gitarnya.
"Kalau udah di panggung, gue seakan lupa dengan yang lain. Gue bener-bener Enjoy banget," ujar cowok yang dijuluki rekan-rekannya sebagai "The Lucky Man".
Enda mengaku bertekad akan terus bersama UNGU. "Musik adalah kelebihan gue dibanding yang lain. Kecuali jika Tuhan tidak mengizinkan lagi" cetusnya. Enda memang telah jatuh cinta dengan musik sejak masih anak-anak.
Rasa cintanya ke musik itu perlahan ia salurkan lewat gitar. Selama bergabung di UNGU, penggemar film "Spiderman" ini mengaku sangat menikmati dunianya bersama UNGU.
"Karena so far so good sich, gue mendapatkan apa yang gue mau dalam bermusik," Ujarnya. Bersama UNGU, Enda akan terus berkarya. Karena bagi dia musik Indonesia akan semakin ramai dengan hadirnya grup-grup band baru,
yang tentu saja punya kelebihan masing-masing. "Cuma sayangnya, kita itu belum punya fans yang fanatik. Semuanya masih latah" ujarnya.
Enda juga punya penilaian yang khusus terhadap rekan-rekannya di UNGU. "Pasha itu pemarah tapi tetap teman yang baik. Oncy sering jadi teman curhat. Kalau Makki itu suka grasa-grusu. Dan Rowman, baik, pendiam dan dingin."
Manusia tak ada yang sempurna. Dan kalimat itu tepat untuk disematkan pada salah satu personil UNGU, Franco Medjaya atau yang kerap disapa Enda.
Kepiawaiannya membuat lirik dan mengarransemen musik, terkadang membuat sosoknya terlihat sempurna. Tapi ternyata tidak demikian, ada sisi gelap yang pernah jadi bagian kehidupan Enda.
Dan itu diakuinya sebagai kelakuan paling konyol yang pernah ia lakukan, yaitu pecandu narkoba.
"Itu sisi gelap gue, yang sering membuat gue malu dan sering membuat gue teriak kalo inget masa lalu," tuturnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Enda akrab dengan minuman keras sejenis nipam, lexotan sejak masih SD.
Beranjak ke SMP, ia mulai akrab dengan ganja dan morfin. "Waktu SD, gue sering pulang malem dan temen-temennya itu anak-anak SMA," ujarnya. Mulai SMA, ia mulai mengkonsumsi putaw, dan berlangsung cukup lama sampai akhir 1999.
Dari petualangan gilanya itu Enda nyaris ketemu ajal. "Tapi gak mati juga, dan itu sampai tiga kali," Katanya sembari menunjukkan bekas sayatan dibagian tangannya sebagai tanda kegilaan. "Bekas besyet ini, tak lain ulah dari keinginan tahu gue
mengenai rasa sakit.Apa rasa sakit itu nikmat apa tidak. Dan waktu itu emang nikmat yang gue temuin," jelasnya. Pada suatu saat Enda ketemu Makki dan Pasha. "Waktu itu gue ketemu mereka dan gue iri banget sama mereka karna badan mereka terlihat lebih sehat. Sementara gue, gitar aja
udah gak punya. Dan gue dijanjiin sama Makki,kalo lo sembuh, lo akan gue kasih gitar dan effectnya sekalian." kenang Enda. Waktu itu, Enda hidup ngamen
di Jakarta, hasilnya untuk membeli putaw. "Gue merasa lebih sehat dengan mengkonsumsi putaw daripada makan nasi."
Akhirnya Enda menghentikan semuanya, tentu dengan rasa sakit yang dideranya. Suatu saat ia ingin kembali, secara reflek ia mengambil air wudhu.
"Dan ajaib dengan air wudhu gue sembuh tanpa ke dokter," ujarnya. "Yang paling gue sesali adalah gue membodohi ortu.Gue yakin ortu akan merasa gagal
mendidik gue, padahal tidak. Dasar guenya aja yang bandel. Dan ini yang paling gue ingat-ingat. Apapun yang gue berikan ke ortu saat ini sepertinya gak bakal menutupi kebaikan mereka," sesal Enda.
Menurut Enda, ramadhan kali ini ia benar-benar terasa beda. Paling tidak sekarang ia punya keluarga kecil dan rumah sendiri. "Sekarang gue jadi ayah dari anak gue, dan ini pengalaman baru. Dan makna dari ramadhan yang tiap tahun datang ini, menuntut gue harus banyak belajar," tandas ayah dari Azzahra Leola Wicuda dan suami Eka Wilestari ini.(kapan lagi.com)
ViE_cLiCqUer
CeRita KeLaM EnDa UNGU